
Indramayu//insanpenarakyat.com – Dari tahun 2022 hingga sekarang, Yayasan Sapa bersama Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu telah aktif melakukan berbagai kegiatan untuk memberikan informasi dan layanan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) bagi orang muda.
Di antaranya diskusi reguler sebagai upaya penigkatan pengetahuan, pembuatan media kampanye di sosial media untuk menyebarluaskan informasi, advokasi dan aktif melakukan posyandu remaja yang dilaksanakan di komunitas desa dan perguruan tinggi di Kabupaten Indramayu.
Ketua Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu, Yuyun Khoerunnisa, mengatakan saat ini Pusat Layanan Komunitas (PLK) telah aktif melakukan berbagai kegiatan untuk memberikan informasi HKSR bagi orang muda.
Saat ini, PLK telah aktif melakukan berbagai kegiatan untuk memberikan informasi HKSR bagi orang muda, di antaranya Mireng Wong Enom sebagai ruang untuk mendapatkan dukungan publik dalam meningkatkan kesadaran isu HKSR bersama orang tua dan stakeholders, serta produksi media kampanye melalui media sosial terkait HKSR.
“Dari beberapa perubahan yang sudah berhasil dicapai, orang muda tetap membutuhkan dukungan untuk melakukan perluasan jangkauan pada penerima manfaat orang muda lainnya. Sehingga diperlukan beberapa kegiatan untuk menunjangnya,” katanya, Rabu, 12 Maret 2025.
Berdasarkan latar belakang di atas, Yayasan Sapa bekerja sama dengan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) akan melaksanakan kegiatan “Workshop Media: Mengkampanyekan Isu HKSR dan Keadilan Gender di Kabupaten Indramayu”.
Yuyun menyebut kalangan muda di Kabupaten Indramayu menghadapi berbagai tantangan dalam persoalan HKSR. Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Yayasan SAPA pada tahun 2021 mengenai pemahaman HKRS orang muda di Indramayu, menyatakan bahwa sebanyak 62,6 persen mengetahui HKSR dan 19 persen menyatakan tidak tahu.
Namun, banyaknya jumlah responden yang mengetahui HKSR tersebut tidak berbanding lurus dengan pengetahuan yang komprehensif mengenai dampak dari HKSR, karena masih dilekatkan dengan stigma yang negatif.
“Temuan survey menyatakan 40,4 persen orang muda menganggap setuju bahwa pengetahuan HKSR dapat mencederai nilai norma, agama, sosial dan budaya. Sedangkan sebanyak 16,8 persen menyatakan
sebaliknya,” kata Yuyun.
Artinya, pengetahuan HKSR masih dinilai bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat di kalangan orang muda. Pentingnya HKSR tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, terutama orang muda.
Namun, kesadaran yang rendah dan stigma sosial yang melekat pada isu-isu ini menjadikan akses terhadap informasi dan layanan yang memadai sebagai tantangan besar.
“Dalam konteks ini, pemberdayaan orang muda merupakan langkah yang strategis untuk mencapai tujuan terpenuhinya hak kesehatan seksual reproduksi bagi orang muda,” ucapnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Yayasan SAPA melalui program Right Here Right Now (RHRN) dengan dukungan dari YGSI, telah mengembangkan PLK sebagai inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas orang muda dalam memperkuat isu HKSR.
PLK tersebut dikembangkan di empat wilayah, yaitu PLK Desa Tugu, Desa Kenanga, Universitas Wiralodra, dan Politeknik Indramayu. Pengorganisasian PLK menjadi bagian penting dari inisiatif ini.
“PLK bertujuan untuk menyediakan akses yang lebih mudah dan terjangkau bagi orang muda dalam memperoleh layanan kesehatan reproduksi. Dengan adanya PLK, orang muda, dapat memperoleh informasi dan layanan yang mereka butuhkan di lingkungan yang ramah dan mendukung,” tutur Yuyun.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Yayasan SAPA telah melakukan rangkaian penguatan pengetahuan dan kapasitas terkait HKSR bagi orang muda. Beberapa di antaranya ialah pelatihan kepemimpinan, penguatan pemahaman terkait GEDSI, HKSR, dan gender justice, serta memberikan penguatan dan penyediaan akses jaringan orang muda di Jawa Barat.
(Yasin)