
Indramayu//insanpenarakyat.com – Jumat siang itu, suasana Balai Desa Babadan tampak berbeda. Deretan karung beras tersusun rapi, beberapa amplop bantuan telah dipersiapkan. Warga yang didominasi para lansia dan anak-anak yatim piatu datang dengan wajah sumringah. Hari itu, Desa Babadan kembali menyalurkan zakat pertanian, sebuah tradisi baru yang lahir dari semangat gotong royong masyarakat agraris. (3/10/2025).
Kuwu Desa Babadan, Sugeng Sari Kuswanto, bercerita program ini sebenarnya sudah lama digagas. Terinspirasi dari kehidupan sehari-hari warganya yang mayoritas petani, pedagang, dan nelayan, Sugeng ingin membuktikan bahwa hasil bumi tak hanya mampu menghidupi keluarga, tetapi juga bisa menguatkan ikatan sosial di desanya.
โBabadan punya sekitar 150 hektare sawah dengan panen 900 ton per musim. Nilai ekonominya besar, tetapi belum semua bisa merasakan manfaatnya. Maka kami dorong agar sebagian hasil panen disalurkan sebagai zakat. Kita ingin masyarakat Babadan tidak hanya bergantung pada bantuan luar. Dari petani Babadan, untuk masyarakat Babadan,โ tegas Sugeng.
Kegiatan penyaluran zakat ini pun mendapat perhatian khusus Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin, yang hadir langsung mewakili Bupati Lucky Hakim. Dengan penuh apresiasi Wabup mengatakan, โProgram ini sangat baik. Dari kita, oleh kita, untuk kita. Selain bermanfaat secara sosial, zakat juga punya nilai ibadah yang tinggi. Semoga desa-desa lain bisa mencontoh Babadan.โ
Wabup menambahkan, semangat Babadan Berzakat sejalan dengan visi Indramayu REANG, terutama dalam upaya mendorong kemandirian desa melalui gerakan Indramayu Berzakat. Menurutnya, jika dikelola dengan transparan, zakat pertanian bisa menjadi penopang ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Acara hari itu ditutup dengan momen hangat Wakil Bupati menyerahkan langsung zakat kepada perwakilan anak-anak yatim, sementara warga lanjut usia menerima beras dengan wajah penuh rasa syukur. Camat Sindang dan perangkat desa pun turut mendampingi jalannya penyaluran.
Di Babadan, zakat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga menjadi jembatan kebersamaan. Dari sawah-sawah yang hijau, lahirlah solidaritas untuk membangun desa yang mandiri, makmur, dan berkeadilan.
(Yusuf R)