Indramayu//insanpenarakyat.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Pemerintah Kabupaten Indramayu terus berupaya meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui program revitalisasi tambak. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah dengan mengubah 18 ribu hektare tambak menjadi area budidaya ikan nila salin.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perikanan di Indramayu yang memiliki potensi besar di sektor ini. Nila salin dipilih sebagai komoditas utama karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Selain itu, budidaya nila salin juga relatif mudah dan dapat dilakukan oleh nelayan lokal.
Direktur Perikanan Air Laut, Tinggal Hermawan, menjelaskan bahwa revitalisasi tambak ini tidak hanya sekadar mengubah fungsi lahan, tetapi juga melibatkan berbagai aspek, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung, pelatihan bagi nelayan, serta pengembangan pasar.
Pengembangan nila salin ini merupakan revitalisasi terhadap tambak-tambak yang sebelumnya digunakan untuk budidaya udang. Udang di pesisir utara Pulau Jawa saat ini mengalami penurunan kualitas, sehingga dilakukan alih budidaya dari udang ke nila salin.
“Kami berharap program ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi nelayan Indramayu, seperti penurunan hasil tangkapan dan harga jual yang tidak stabil. Dalam budidaya nila salin ini, pemerintah hadir sebagai investor bagi para nelayan,” ujar Hermawan ketika bertemu dengan Pjs. Bupati Indramayu, Dr. H. Dedi Taufik, M.Si., di ruang kerjanya beberapa hari lalu.
Pjs. Bupati Indramayu, Dedi Taufik, menyambut baik program ini dan menyatakan kesiapannya untuk mendukung penuh. Dengan alih fungsi dari budidaya udang ke nila salin, diharapkan produksi dan kesejahteraan para nelayan di pesisir Indramayu akan meningkat.
“Kerjasama antara KKP dan Pemkab Indramayu ini sangat penting untuk memajukan sektor perikanan di daerah kami. Kami optimistis program ini akan berhasil dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Nilai nelayan akan semakin meningkat dan memiliki daya tawar tinggi,” ungkapnya.
Selain meningkatkan kesejahteraan nelayan, program revitalisasi tambak ini juga diharapkan dapat berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Dengan produksi nila salin yang melimpah, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada impor.
“Keberhasilan program ini tidak terlepas dari peran serta seluruh stakeholder, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, hingga kelompok nelayan dan para pembudidaya,” kata Taufik.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, mengatakan bahwa dari lahan tambak seluas 22 ribu hektare di Kabupaten Indramayu, 18 ribu hektare akan dijadikan area budidaya nila salin, yang akan direvitalisasi selama tiga tahun secara bertahap.
“Data tambak seluas 1.500 hektare telah kami serahkan, lengkap dengan lokasi dan nama pemiliknya. Dalam satu minggu ini, kami akan menyelesaikan tambahan 1.500 hektare lagi, sehingga totalnya menjadi 3.000 hektare yang siap direvitalisasi,” kata Edi.
Edi menambahkan, untuk sementara, kecamatan yang akan dilakukan revitalisasi budidaya nila salin berada di Pasekan, Sindang, Indramayu, Losarang, dan Kandanghaur.
(Yusuf R)