
Indramayu//insanpenarakyat.com – Gerakan perubahan signifikan tampak dalam langkah strategis para penyuluh agama di Kabupaten Indramayu yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI). Dalam acara Halal Bi Halal Keluarga Besar IPARI Kabupaten Indramayu, Kamis (24/4/2025), para penyuluh menyatakan komitmennya untuk meningkatkan strategi dakwah, termasuk memanfaatkan media sosial dalam menyosialisasikan isu Pencegahan Perkawinan Anak (PPA).
Kegiatan yang berlangsung di Aula Puspihat, Kementerian Agama Kabupaten Indramayu itu dibuka oleh Kepala Seksi Bimas Islam, H. Rosidi, dan dilanjutkan dengan sesi talkshow yang dipandu Ketua IPARI Indramayu, H. Ikhwanudin. Talkshow menghadirkan narasumber dari Media dan Komunikasi Program INKLUSI Lakpesdam PBNU, Nidlomatum Mukhlisotur Rohmah, bersama Ketua Fatayat NU Indramayu, Supriyatin, serta dua narasumber dari Kemenag Indramayu: Hj. Umiroh dan KH. Amani Luthfi.
Dalam sambutannya, H. Rosidi menegaskan pentingnya isu PPA sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan sosial para penyuluh agama. Ia juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam upaya pencegahan perkawinan anak.
“Soal PPA ini sangat penting dan perlu menjadi perhatian utama para penyuluh. Strategi dakwah harus ditingkatkan, tidak hanya di mimbar, tapi juga lewat media digital,” ungkap H. Rosidi.
Ia mengapresiasi keterlibatan Program INKLUSI yang diinisiasi Lakpesdam PBNU dan menggandeng Fatayat NU Indramayu. Menurutnya, inisiatif ini menunjukkan perubahan paling signifikan dalam pendekatan dakwah berbasis kolaborasi.
“Kami sangat mengapresiasi kehadiran Program INKLUSI dari Lakpesdam PBNU. Ini bukan sekadar program, tapi langkah nyata yang harus disinergikan dengan berbagai pihak demi mencegah perkawinan anak di Indramayu,” lanjutnya.
Nidlomatum Mukhlisotur Rohmah dari Program INKLUSI Lakpesdam PBNU menambahkan bahwa era digital menuntut penyuluh agama untuk tidak hanya andal di mimbar, tapi juga aktif di ruang-ruang digital.
“Strategi dakwah sekarang harus adaptif. Media sosial adalah alat penting. Materi dakwah harus dikemas menarik dan menyasar kelompok yang rentan, termasuk anak dan remaja,” ujar Nidhom.
Ia menekankan pentingnya perencanaan matang dalam kampanye digital, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan kunci terkait PPA agar mampu menciptakan perubahan perilaku di masyarakat.
“Tujuan dakwah adalah perubahan. Maka, penyuluh harus memastikan pesannya sampai dan memberi dampak. Itulah misi dakwah yang sesungguhnya,” pungkasnya.
(Jayakarta)